Kamis, 07 Mei 2015

Aku berduka untukmu, bukan karena dirimu.

Izinkan aku berduka untuk dirimu, bukan karena dirimu, untuk kali ini saja. Biar kisakah ini tidak lagi menjadi kisah yang membosankan. Biarkan kisah ini bermakna berbeda dari sebelumnya. Biarkan cinta ini bisa dilihat dari sisi yang terlupakan, terabaikan.

Biarkan aku berduka untukmu. Untuk keburukan yang kamu pilih demi bahagia yang ternyata masih tidak mampu membuatmu merasa "cukup". Biarkan aku berduka untukmu yang lupa pada tujuan hidupmu sendiri. Izinkan aku berduka untukmu yang lupa pada posisi dan tanggung jawabmu sebagai manusia, laki-laki, suami, dan calon ayah.

Jika kamu mengalami kesulitan dalam mengasihani orang lain, untuk kali ini saja, kasihanilah dirimu sendiri. Jika kamu mengalami kesulitan untuk mencintai orang lain selama ini, cintailah dirimu sendiri, untuk kali ini saja. Jangan lagi sibuk mempertimbangkan kiri dan kanan. Pertimbangkanlah dirimu sendiri. Karena penyesalan bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Jangan sampai kamu menghabisi setengah hidupmu untuk menyakiti orang-orang yang mencintaimu dan sisanya untuk menyesali. Tidak ada pintuk keluar dari "penyesalan", Fransiskus Budang. Tidak ada! Karena pintu keluar dari penyesalan ada di masa lalu. Dan aku yakin kamu tidak memiliki kemampuan untuk kembali ke masa lalu. Dan aku juga yakin kamu, aku dan dia tidak akan hidup pada masa mesin waktu ditemukan nanti. Kita tidak akan sampai pada masa di mana pintu untuk keluar dari penyesalan itu terbuka.

Aku mencintaimu dengan segala lebih dan kurangmu. Karena itu aku mampu memahamimu. Aku mampu memahami karena aku mencintai lebih dan kurangmu. Karena kamu adalah senjaku. Tempat di mana aku menemukan gelap dan terang sebagai suatu keseimbangan yang "indah" sekaligus "menakutkan".

Tapi itu mungkin saja hanya berlaku untuk aku, orang yang dengan isi kepala serimbun pohon cemara. Tapi, itu mungkin saja hanya berlaku bagiku, orang dengan kemampuan mencintai sampai pada tahap yang "menakutkan" sekalipun. Itu tidak berlaku pada wanita yang kamu nikahi. Ia hanya perempuan kebanykan dengan keinginan yang sesederhana perempuan kebanykan pula, yakini "menemukan laki-laki yang ia cintai dan mencintainya dengan banyak yang sama pula". Jadi, dia tidak akan paham bahwa senja itu indah justru karena ia mengandung keseimbangan antara terang dan gelap itu sendiri. Dia tidak akan paham bahwa dunia ini abu-abu, bukan hitam dan putih. Dia tidak akan paham bahwa mencintai bukan berarti menguasi. Dia tidak akan paham bahwa tidak ada penjara yang lebih menakutkan selain mencintai dengan keinginan dicintai pula. Dia tidak akan paham bahwa pernikahan hanyalah bonus, bukan kontrak kepemilikan. Dia tidak akan paham bahwa kamu punya isi kepalamu sendiri.

Jadi, untuk kali ini saja, biarkan aku berduka untukmu bukan karenamu. Biarkan aku berduka UNTUK segala keburukan yang kamu lakukan padaku dan padanya, bukan KARENA keburukan yang kamu lakukan padaku juga padanya. Biarkan aku berduka UNTUK kamu yang telah membuat aku dibenci oleh istrimu, bukan KARENA kamu telah membuatku dibenci oleh istrimu. Izinkan aku berduka untukmu yang tidak lagi mampu menemukan kemanusiaan dalam dirimu. Izinkan aku berduka untuk kamu yang tidak lagi mampu menemukan esensi dari mencintai.