Selasa, 25 November 2014

Aku Ingin Membencimu

Aku ingin percaya bahwa segala perlakuan burukmu mampu membuatku membencimu. Aku ingin percaya bahwa segala sakit yang kau berikan cukup untuk kujadikan alasan untuk membencimu. Aku ingin percaya, bahwa aku membencimu.

Tapi, siapa yang kubohongi jika aku menyimpan pemikirian itu? Tentu saja diriku sendiri.
Karena aku mencintaimu.
Masih mencintaimu.
Terlalu mencintaimu.
Dan tidak akan sanggup berhenti mencintaimu.




Bulovee

Rabu, 19 November 2014

Maaf Pertama

Ketika hidup terlalu lama dalam kesengsaraan, kamu akan berhenti melihat manusia sebagai manusia. Ketulusan sebagai ketulusan Orang-orang yang kamu hadapi akan kelihatan sebagai ancaman. Sesuatu yang nanti akan kembali memberi luka. Karena semua itu, kita tidak memiliki kemampuan untuk percaya. Tak peduli manusia seperti apa pun yang kita hadapi, kita akan selalu mengambil jarak. Jarak yang diharapkan mampu melindungi kita dari luka yang sama yang pernah kita alami di masa lalu.

Saya tidak ingin berpikir demikian. Tapi itu sudah tertanam dalam kepala saya. Ada ketakutan yang tidak akan mudah untuk dienyahkan. Ketakutan untuk terjerembab kembali dalam penderitaan yang sama. Penderitaan yang membuat saya kehilangan sebagian sisi kemanusiaan saya. Penderitaan yang membuat saya berharap untuk tidak pernah jatuh cinta lagi. Penderitaan yang membuat saya ingin sendiri untuk selamanya.

Tapi perjalana kehidupan membawa saya ke arah yang lain. Saya bertemu dengan orang seperti kamu. Orang yang terluka mungkin lebih parah dari saya tapi tidak pernah takut untuk mencoba lagi. Tidak pernah takut untuk kembali percaya. Saya iri padamu. Penderitaan di masa lalu membuat kamu melihat masa depan sebagai hal yang harus diperjuangkan. Sedangkan saya, masa depan adalah hal yang ingin saya hidarkan.

Saya tidak pernah menduga bahwa saya akan mencoba untuk membuka hati saya lagi untuk orang yang sama porak-porandanya dengan saya. Lalu, siapa yang akan menjadi penyeimbang untuk kita yang sama rapuhnya. Siapa yang akan menguatkan untuk kita yang sama-sama pernah menyerah pada masa depan. Tapi saya ingin mencobanya. Dan ketika saya putuskan untuk mencoba, tak lantas ketakutan saya hilang begitu saja. Tak lantas saya lupa bahwa saya sekarat dalam jangka waktu yang lama hanya karena saya memberikan hati saya untuk orang yang salah. Lalu, bagaimana jika ternyata kamu juga bukan orang yang tepat? Lalu, bagaimana jika perjalanan ini kembali mengantarkan saya pada tempat yang sama? Penderitaan!

Saya takut menghadapi segala kemungkin. Saya takut akan segala rencana yang jika tidak terwujud tentu saja akan memberikan luka. Namun di atas itu semua, saya takut bahwa sayalah yang kemudian menyakiti kamu karena ketidakmampuan saya memaafkan masa lalu. Ketidakmampuan saya untuk percaya lagi. Ketidakmampuan saya mengatasi ketakutan saya sendiri.

Untuk itu, jauh hari, saya ucapkan MAAF pertama saya untuk kamu karena menjadikan kamu bahan percobaan. Jika besok lusa, ketakutan saya terwujud, tolong jangan membenci saya.