Sabtu, 25 Februari 2012

Talk to U


Kita persis seperti air-air yang dialirkan dari dua sungai yang berbeda. Kemudian bertemu pada satu titik namun bukan muara. Arus kehidupan yang terus bergerak memaksa kita untuk memilih. Aku yang kala itu masih terlalu dini untuk mengambil keputusan besar, sama sekali tidak memiliki keberanian untuk memilih mengalir bersamamu. Ada banyak hal yang aku pertimbangkan, tidak hanya Tuhan tapi juga lingkungan. Terlebih lagi, aku sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk mengajakmu mengalir bersamaku dengan pertimbangan yang sama pula.

Tuhan, Sang Arsitek kehidupan kita ini telah merancang takdir yang terbaik di mata-Nya tanpa memberi kita celah untuk memilih "pilihan" lain. Aku hanya bisa menganggap ini sebagai "takdir burukku", sebab bukankah segalanya telah di rencanakan jauh sebelum tangis pertama kita pecah di bumi ini. Ada kontrak yang telah kita tanda tangani dengan Tuhan sebelum "ruh" kita di tempatkan dalam janin di rahim ibu. Kini, segala yang terjadi hanyalah konsekuensi dari kontrak itu.

Mungkin beginilah cinta, terluka menjadi syarat mutlak untuk membuktikannya. Dan aku telah merelakan tahun-tahun setelah September 2010 itu dipenuhi dengan air mata. Kehilanganmu mungkin "duka" yang menyengsarakan. Tapi membuatmu "berduka" jauh lebih menyengsarakanku.

Beginilah caraku mencintaimu. Tidak pernah berhenti meski nasip tak menghendaki. Dan dikemudian hari, aku percaya Tuhan akan memberiku cara untuk "mencicil" rindu yang telah bertumpuk sesak hari ini....

*BuLoVee